Remote Teaching adalah pembelajaran jarak jauh yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memperkaya media aplikatif dan nyata dalam pembelajaran jarak jauh yang di mediasi bebagai platform online. Para siswa tidak dapat hanya hafal Hukum Faraday, tetapi juga harus mengetahui bagaimana listrik rumahnya diproduksi.
Harapan dibuatnya Remote Teaching secara umum adalah untuk menambah wawasan sains yang bermanfaat bagi umat manusia. Manfaat Remote Teaching adalah agar siswa semakin paham mengenai Hukum Faraday, karena saat pelaksanaan praktek guru hanya dibolehkan untuk menjelaskan bahwa gerak jarum pada voltmeter menunjukkan pada ujung-ujung kumparan timbul beda potensial.
“Jika ada jeruk, mengapa menggunakan gambar jeruk?” prinsip tersebut yang menjadi motivasi untuk selalu menampilkan pelajaran secara langsung atau nyata walaupun sedang dalam masa Covid-19. Maka dari itu, selaku guru harus memutar otak agar dapat memberi pembelajaran dengan tetap saintifik, nyata, dan bermakna bagi para siswa meskipun secara daring.
Tahap
pertama yaitu dengan menggunakan platform YouTube dalam bentuk vlog, karena
fokus video, familier, dan tidak asing bagi siswa. Tahap berikutnya setelah
menyaksikan vlog adalah meeting online menggunakan google meet, dengan ini guru
dan siswa dapat melakukan tanya jawab, kuis, dan konfirmasi materi untuk
mencegah miskonsepsi. Tahap evaluasi yakni memberi ulangan online menggunakan
kuis google formulir berupa soal multiple choice.
Secara empiris, pembelajaran inkontekstual selama ini telah melahirkan generasi teoritis. Terlebih pada masa pandemi Covid-19, apabila guru tidak kreatif maka kualitas pembelajaran akan semakin drop. Jika ditanya “Bagaimana listrik dihasilkan?” Jawab mereka “tidak tahu.” Padahal mereka sudah dapat menggunakan alat elektronika, dan telah mendapat materi tentang Hukum Faraday atau materi induksi elektromagnetik (pembangkit listrik).
Metode penyelesaian perihal Remote Teaching ini, mengapa guru harus menggunakan bentuk vlog. Pertama, Pentingnya alat peraga IPA sehingga medianya bersifat real. Kedua, Guru juga public figur bagi siswanya. Jika gurunya hebat maka siswanya juga termotivasi menjadi hebat. Ketiga, Membangun dan mempertahankan ikatan batin antara guru dan siswa yang telah lama terpisah oleh pandemi Covid-19.
0 Komentar